Percintaan Penduduk Asli Dengan Turis Warnai Sastra Bali
CLICK HERE >>> https://shoxet.com/2t8hYQ
Saya masih mengingat lagi suasana di Ni Rodji Cafe, 26 Oktober 2017 itu. Menatap senja di langit Ubud dan mengingat suasana Bali dengan keindahan dan keramahan baik penduduk asli Bali maupun turis mancanegara. Mereka semua ramah. Toleransi yang begitu harmonis, membuat semua pengunjung betah berwisata ke pulau dewata.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Di Jakarta Selatan, tepat nya di daerah Pondok Labu, terdapat museum yang berada di kawasan rumah penduduk yang sering menjadi pusat perhatian para turis tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga mancanegara, yakni Museum Layang Layang Indonesia. Bahkan saat awal pembentukan nya, yakni tahun 21 Maret 2003, pengunjung yang pertama kali datang bukanlah penduduk asli Indonesia, melainkan seorang turis asing dari Belanda. Diketahui bahwa layang-layang bukan hanya terdapat di Indonesia, tapi juga di berbagai negara, seperti Cina, Jepang, Belanda, Vietnam dan beberapa negara lainnya. Museum Layang-Layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yakni Endang W. Puspoyo. Kecintaannya pada layang-layang membuat ia tergerak untuk mendirikan Museum Layang Layang Indonesia.Dalam sebulan, museum layang-layang selalu kedatangan turis asing. Dan rata-rata adalah turis dari Asia, seperti Singapura dan Malaysia. Hal ini yang dikatakan Deny, selaku pemandu pengunjung yang datang ke museum layang-layang.Sering ya turis datang kesini. Mereka jujur cinta sama layang-layang. Bahkan mereka sangat telaten saat kami ajarkan membuat layang-layang. Dan mendengarkan dengan baik apa yang kami jelaskan, kata Deny saat Republika.co.id temui Kamis (15/10).Museum layang-layang juga pernah kedatangan rombongan dari sekolah internasional yang berada di Jepang. Dan anak-anak dari sekolah internasional tersebut sangat senang bermain bersama dengan layang-layang. Hasil pembuatan layang-layang mereka pun bagus dan rapi. Banyak juga yang mengabadikan keberadaan mereka di museum layang-layang menggunakan ponsel atau kamera. Berdasarkan variabel geografis mayoritas wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang ialah dari Indonesia sendiri 75 persen dan dari mancanegara 25 persen. Untuk usia, wisatawan yang datang tidak bisa diprediksikan. Rata-rata setiap anak yang berkunjung pasti membawa serta orang tua nya, dan begitupun sebalik nya. Bahkan ada wisatawan asing yang memborong serta keluarga nya untuk berkunjung ke museum yang memiliki kurang lebih 600 an layang-layang. Mereka rata-rata mengerti bahasa Indonesia, sehingga pemandu tidak begitu susah untuk menerangkan ke mereka. Tidak hanya layang-layang, karena disini juga terdapat keramik dan batik, para turis juga tertarik untuk mencoba kedua nya. Harga untuk Membuat keramik Rp 50 ribu, melukis keramik Rp 45 ribu, dan membuat batik Rp 40 ribu.Museum layang-layang buka setiap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB. Namun saat hari libur nasional museum ini tutup. Harga tiket masuk saat ini Rp 15 ribu, sudah termasuk nonton video, berkeliling bersama dengan pemandu dan membuat sebuah layang-layang sederhana. 2b1af7f3a8